Kedudukan Anak Dalam Islam


Oleh Ustadzah Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag


Nurjanah Hulwani
Rumah kita mestinya berfungsi sebagai masjid (menciptakan ketenangan karena bersama-bersama mentaati-Nya), sebagai madrasah ( sarana mempelajari nilai-nilai Islam), sebagai rumah sakit (yang selalu menjaga kesehatan lahir batin anak-anak) dan yang terakhir rumah sebagai kompi (setiap personil yang ada didalamnya menebar rahmat dengan potensi yang dimiliki masing-masing) jika sebagai pendidik dia akan menghidupkan pendidikan bukan semata-mata mencari penghidupan dalam pendidikan, dst.

Mendidik anak yang soleh tidak bisa instan, ia harus di niatin dan di maksimalkan usaha dan pengorbanan, kita berharap kelak saat kematian menjemput kita yang memandikan, menyolatkan, mengafankan, menguburkan adalah jari tangan anak-anak kita dan tentunya kita berharap dengan sungguh-sungguh anak-anak kita bisa meneruskan jejak-jejak kebaikan yang pernah kita perbuat lebih baik dari kita.

KEDUDUKAN ANAK DALAM ISLAM

Pertama, sebagai Amanah

Kewajiban orang tua menjaga kefitrahan yang mendasar sampai baligh (rentang waktu 11 tahun orang tua memberi pendidikan dasar tentang ajaran Islam sampai terbiasa dengan nilai-nilai Islam) diamanahi ke kita dalam keadaan fitrah maka kita menjaganya (selama hidup) dan saat amanah itu diambil kembali tetap berada dalam kefitrahan (husnul khotimah).

Kedua, sebagai Ujian

Ujian anak bisa pada fisik (cacat semenjak lahir/setelah lahir karena kecelakaan) bisa juga ujian pada anak pada perilaku belum mau sholat, kata-katanya kasar dan belum berjilbab dll, jika ujiannya cacat fisik/non fisik maka pahala unggulan ortu khusus ibu adalah mengurusi dan mengobatinya dengan cinta dan ketulusan, jk perilaku, orang tua melipatgandakan kesabaran dan membalas kekasaran dengan kelembutan seperti batu yang ditetesi air terus menerus akan berlubang.

Kesabaran orang tua menghadapi perilaku anak yang menyesakkan dada dan mengeringkan air mata lalu ditambah dengan terus menerus menghadirkan keteladan baik di hadapannya ataupun tidak, bisa jadi kesabaran, pengorbanan dan keteladanan menjadi penyebab cepatnya Allah mengijabah doa-doa kita.

Ketiga, sebagai Pajangan

Unsur yang harus dipenuhi dalam mendidik anak untuk jasadiyah, akliyah (akal) dan ruhiyah. Untuk ruhiyah terabaikan maka fokus mendidik untuk jasadiyah dan akliyah tidak punya orientasi akhirat. Faktor inilah akhirnya anak hanya pajangan akademisi dan fisiknya oke tapi masya Allah kalau bicara kasar, merendahkan orang lain yang tidak secantik dan secerdas dia, tidak bisa ngaji, tidak sholat, dll. Semoga kita tidak menjadikan anak kita pajangan yang mengabaikan pendidikan agama (pondasi).

Terakhir, sebagai Qurrotu'ayun

Anak yang sehat fisiknya, cerdas dan soleh/ah kepribadiannya. Sayyid Qutb menjelaskan orang tua di beri kesempatan mendidik anak 11 tahun agar saat taklif tiba anak sudah terbiasa dengan ketaatan peran orang tua. Tinggal menjaga dan terus mendidik ketaatan berikutnya sesuai dengan perkembangan usianya. Dan prioritas paling mendasar sebelum fisik dan akliyah adalah ruhiyah (ketaatan pada Robb-Nya). ■

Berlangganan lewat email: